“Understanding of theories about how people learn and the ability to
apply these theories in teaching mathematics are important prerequisites for
effective mathematics teaching (p.97).”
Apa yang telah dikemukakan Bell tadi, telah
menunjukkan kepada para guru akan pentingnya pemahaman teori-teori yang berkait
dengan bagaimana para siswa belajar dan bagaimana mengaplikasikan teori
tersebut di kelasnya masing-masing. Salah seorang ahli adalah Skemp yang telah
menyatakan dan membedakan dua pemahaman, yaitu pemahaman relasional (relational
understanding) dan pemahaman instrumental (instrumental understanding).
Menurut Skemp (1989:2):
“... by calling them ‘relational understanding’ and ‘instrumental
understanding’. By the former is meant what I, and probably most readers of
this article, have always meant by understanding: knowing both what to do and
why. Instrumental understanding I would until recently not have regarded as
understanding at all. It is what I have in the past described as ‘rules without
reasons’.”
Artinya, “...
yang disebut dengan pemahaman relasional dan pemahaman instrumental. Pemahaman
relasional menurut saya dan mungkin juga menurut pembaca dapat diartikan
sebagai pemahaman: memahami dua hal secara bersama-sama, yaitu apa dan
mengapanya. Pemahaman instrumental sampai saat ini belum saya golongkan kepada
pemahaman secara keseluruhan. Itulah yang pada masa-masa lalu dijelaskan sebagai
‘aturan tanpa alasan’.
Misalkan saja
seorang guru matematika SMA mengingatkan siswanya tentang rumus suku ke-n suatu
barisan aritmetika adalah
Seorang siswa lalu ada yang menyatakan bahwa ia tidak
mengerti tentang rumus tersebut. Gurunya lalu menjelaskan dengan menyatakan:
“Rumus itu menunjukkan bahwa untuk menentukan suku ke-n suatu BA adalah dengan
mengalikan banyaknya suku setelah dikurangi 1 dengan bedanya lalu hasilnya
ditambah dengan suku pertamanya.” Si siswa lalu menyatakan: “Kalau begitu saya paham
sekarang.” Si siswa lalu melanjutkan menyelesaikan tugasnya mengerjakan
soal-soal latihan. Contoh lainnya, adalah siswa SMA yang dapat menentukan bahwa
sin 30o = ½, akan tetapi ia tidak tahu asalnya darimana dan mengapa
hasilnya harus seperti itu.
Si siswa
menyatakan bahwa dirinya telah mengerti atau paham tentang suku ke-n suatu BA. Jika
Anda sebagai gurunya lalu menyatakan kepadanya: “Mungkin Anda menganggap telah
mengerti tentang suku ke-n tersebut, padahalnya Anda belum memahaminya,”
mungkin si siswa tidak akan menerima pernyataan tersebut. Si siswa akan
berargumen dengan menyatakan bahwa dirinya telah berhasil menyelesaikan
soal-soal yang berkait dengan suku ke-n dengan benar.
Beberapa contoh
pembelajaran yang lebih mengacu pada pemahaman instrumental adalah aturan
perkalian pada pecahan berikut, yang disampaikan Bapak Guru langsung dihadapan
siswanya:
Anak-anak, untuk mengalikan suatu pecahan dengan pecahan, kalikan
kedua pembilang pecahan tersebut untuk mendapatkan pembilang dari hasil
perkaliannya, begitu juga untuk penyebutnya.
Contohnya:
Tanda perkalian “´” secara
umum digunakan untuk mengantikan kata “dari”
Ada daftar pustakanya Pak? :)
ReplyDelete