Berpikir Kreatif Matematis - Hardy Math

Wednesday, July 13, 2016

Berpikir Kreatif Matematis

Ruggiero (dalam Risnanosanti, 2010: 28) mengartikan berpikir sebagai suatu aktivitas mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan (fulfill a desire to understand). Pendapat ini menunjukkan bahwa ketika seseorang merumuskan suatu masalah, memecahkan masalah, ataupun ingin memahami sesuatu, maka seseorang tersebut melakukan aktivitas berpikir. Jenis-jenis berpikir sebagai suatu kemampuan mental seseorang dalam melakukan aktivitas berpikir salah satunya adalah berpikir kreatif.

Siswono (2004: 78) mengatakan bahwa berpikir kreatif merupakan suatu proses yang digunakan untuk mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru. Berpikir kreatif  yang dikaitkan  dengan  berpikir  kritis  merupakan perwujudan  dari  tingkat berpikir  tinggi  (higher  order  thinking).  Evans  (Risnanosanti  2010: 29) menjelaskan  bahwa  berpikir  kreatif adalah  suatu  aktivitas  mental  untuk  membuat  hubungan-hubungan (conections)  yang  terus  menerus  (kontinu),  sehingga  ditemukan  kombinasi yang  “benar”  atau  sampai  seseorang  itu  menyerah. Menurut McGregor (dalam Mahmudi, 2010: 2) berpikir  kreatif  adalah  berpikir  yang  mengarah  pada pemerolehan wawasan baru, pendekatan baru, perspektif baru, atau cara baru dalam memahami sesuatu. Berpikir kreatif merupakan suatu aktifitas mental yang memperhatikan keaslian dan wawasan (ide). Berpikir kreatif memungkinkan siswa mempelajari masalah secara sistematik, mempertemukan banyak sekali tantangan dalam suatu cara yang terorganisasi, merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang inovatif dan merancang atau mendesain solusi-solusi yang asli. Pengertian ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif merupakan kegiatan mental untuk menemukan suatu kombinasi yang belum dikenal sebelumnya.

Kegiatan mental menuangkan ide atau cara baru untuk menemukan kombinasi dalam aktivitas sangat memerlukan kemampuan berpikir kreatif. Menurut Martin (2009) kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menghasilkan ide atau cara baru dalam menghasilkan suatu produk. Pada umumnya, kemampuan berpikir kreatif dipicu oleh masalah-masalah yang menantang. Kemampuan berpikir kreatif dapat juga dipandang sebagai suatu proses yang digunakan ketika seorang individu mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru. Martin (2009) juga mengemukakan 3 (tiga) aspek kemampuan berpikir kreatif yaitu produktivitas, originalitas atau keaslian, dan fleksibilitas atau keluwesan.  Produktivitas berkaitan dengan banyaknya hasil karya yang dihasilkan.  Originalitas berkaitan dengan suatu hasil karya yang berbeda dengan hasil karya serupa di sekitarnya. Fleksibilitas merujuk pada kemauan untuk memodifikasi keyakinan berdasarkan informasi baru. Seseorang yang tidak berpikir fleksibel tidak mudah mengubah ide atau pandangan mereka meskipun ia mengetahui terdapat kontradiksi antara ide yang dimiliki dengan ide baru. Menurut Harris (2000) terdapat 3 (tiga) aspek kemampuan berpikir kreatif, yaitu kesuksesan, efisiensi, dan koherensi. Kesuksesan berkaitan dengan kesesuaian solusi dengan masalah yang diselesaikan. Efisiensi berkaitan dengan kepraktisan strategi penyelesaian masalah. Sedangkan aspek koherensi berkaitan dengan kesatuan atau keutuhan ide atau solusi. Ide yang koheren adalah ide yang terorganisasi dengan baik, holistis, sinergis, dan estetis. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka kemampuan berpikir kreatif dapat diartikan sebagai suatu kegiatan mental yang digunakan seorang untuk membangun ide atau gagasan yang baru dan belum pernah ada sebelumnya ataupun yang merupakan gabungan dari pengetahuan sebelumnya yang belum pernah dimunculkan.

Kemampuan berpikir kreatif dapat ditemukan dalam bidang matematika. Proses kemampuan berpikir kreatif dalam bidang matematika lebih tepat di istilahkan sebagai kemampuan berpikir kreatif matematis. Kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Hal ini sejalan dengan Krutetski (dalam Park 2004) yang mendefinisikan kemampuan berpikir kreatif matematis sebagai kemampuan menemukan solusi masalah matematika secara mudah dan fleksibel. Menurut Livne (dalam Mahmudi 2010: 3) kemampuan berpikir kreatif matematis merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan solusi bervariasi yang bersifat baru terhadap masalah matematika yang bersifat terbuka.

Aspek-aspek kemampuan berpikir kreatif menurut Holland (dalam Mann 2005: 7) yaitu kelancaran, keluwesan, keaslian, elaborasi, dan sensitivitas. Sejalan dengan itu aspek untuk mengukur kemampuan  berpikir  kreatif  menurut Noer (2011: 3) yakni kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keterperincian (elaboration), kepekaan (sensitivity), keaslian (originality).

Pendapat-pendapat di atas menunjukan bahwa beberapa aspek-aspek yang dinilai dalam kemampuan berpikir kreatif matematik adalah kelancaran, keluwesan, keterperincian, kepekaan, keaslian. Kelancaran mengacu pada banyaknya ide-ide yang dibuat dalam merespon sebuah perintah. Kelancaran berpikir dimaksudkan dengan keterampilan mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal dengan selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. Keluwesan sebagai keterampilan berpikir yang menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda, mencari alternatif dalam pemecahan masalah. Keterperincian adalah mampu untuk menguraikan sesuatu secara terperinci, teliti, tepat dan tuntas, mampu menarik kesimpulan yang lengkap dan rasional terhadap kegiatan yang dilakukan, mengembangkan atau memperkaya gagasan jawaban suatu soal. Kepekaan dalam penyelesaian masalah mengacu pada kemampuan siswa menjawab masalah dengan beberapa jawaban yang berbeda-beda tetapi bernilai benar atau satu jawaban yang tidak biasa dilakukan oleh individu (siswa) pada tahap perkembangan mereka atau tingkat pengetahuannya. Keaslian mengacu pada keunikan dari respon apapun yang diberikan. Keaslian ditunjukkan oleh sebuah respon yang tidak biasa, unik, dan jarang terjadi. Berdasarkan teori-teori di atas, maka indikator kemampuan berpikir kreatif matematis dalam penelitian ini dirumuskan dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Aspek
Indikator
1.      Kelancaran



2.      Keluwesan




3.      Keterperincian






4.      Kepekaan






5.      Keaslian

a.       Menjawab soal lebih dari satu jawaban.
b.      Banyaknya ide-ide yang dibuat dalam merespon perintah.

a.       Keberagaman (bermacam-macam) jawaban yang dibuat siswa dengan benar.
b.      Menjawab soal dengan berbagai cara yang berbeda atau bervariasi.

a.       Mampu untuk menguraikan sesuatu secara terperinci, teliti, tepat dan tuntas.
b.      Mampu menarik kesimpulan yang lengkap dan rasional terhadap kegiatan yang dilakukan.
c.       Mengembangkan atau memperkaya gagasan jawaban suatu soal.

a.       Mengemukakan alasan kebenaran yang rasional terhadap jawaban soal yang telah dibuat.
b.      Mampu mengkaji dan menilik kembali suatu persoalan melalui cara dan perspektif yang berbeda dari yang sudah lazim.
c.       Mampu menguji dan merevisi berkelanjutan.

a.       Mampu melahirkan gagasan-gagasan asli sebagai hasil pemikiran sendiri
b.      Memberikan jawaban yang lain dari yang sudah biasa

Sumber : Guilford (Herdian, 2010)


Daftar pustaka :

Risnanosanti. 2010. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Self Efficacy terhadap Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam Pembelajaran Inkuiri. Disertasi UPI Bandung: Tidak Dipublikasikan.

Siswono, Tatag Yuli Eko. 2004. Identifikasi Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam Pengajuan Masalah (Problem Posing) Matematika Berpandu dengan Model Wallas dan Creative Problem Solving (CPS). Buletin Pendidikan Matematika Volume 6 Nomor 2.

Mahmudi, Ali. 2010. Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif. Yogyakarta: UNY Yogyakarta. http://staff.uny.ac.id, diakses tanggal 10 Oktober 2013

Martin. 2009. Convergent and Divergent Thinking. [Online] Tersedia: http://www.eruptingmind.com/convergent-divergent-creative-thinking/[20 Maret 2009] Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Teaching and Learning. Bandung: MLC

Harris, R. 2000. Criteria for Evaluating a Creative Solution. [Online]. Tersedia: http://www.virtualsalt.com/creative.htm. [20 Juni 2008

Park, H. 2004. The Effects of Divergent Production Activities with Math Inquiry and Think Aloud of Students With Math Difficulty. Disertasi. [Online]. Tersedia:http://txspace.tamu.edu/bitstream/handle/1969.1/2228/etd-tahu-2004;jsessionid=BE099D4D00F1A51BF2E73CC609?sequence=1.

Mann, E. L. 2005. Mathematical Creativity and School Mathematics: Indicators of Mathematical Creativity in Middle School Students. Disertasi University of Connecticut. [Online]. Tersedia: http://www.gifted.uconn.edu/Siegle/ Dissertations/Eric%20Mann.pdf. [15 November 2007]

Noer, Sri Hastuti. 2011. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Open-Ended. Jurnal pendidikan Matematika Volume 5 Nomor 1, Program Studi Magister Pendidikan Matematika FKIP UNSRI. Januari 2013.

Herdian. 2010. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. [Online]. Tersedia : http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-berfikir-kreatif-siswa/

No comments:

Post a Comment