Memahami teori belajar dari para pakar psikologi sangatlah penting
untuk keberhasilan proses pembelajaran matematika di kelas. Dengan memahami
teori belajar yang ada, para guru dapat merancang proses pembelajaran di
kelasnya. Tiap-tiap teori memiliki keunggulan dan kelemahan sendiri-sendiri.
Yang paling penting, guru hendaknya dapat menggunakan dengan tepat keunggulan
tiap teori tersebut. Terdapat dua macam teori belajar yang dikenal, yaitu teori
belajar dari penganut psikologi tingkah laku (behaviourist) dan dari
penganut psikologi kognitif (cognitive science).
A. Teori Psikologi Tingkah Laku
Para penganut
psikologi tingkah laku memandang belajar sebagai hasil dari pembentukan hubungan
antara rangsangan dari luar (stimulus) dan balasan dari siswa (response)
yang dapat diamati. Mereka berpendapat juga bahwa semakin sering hubungan
antara rangsangan dan balasan terjadi, maka akan semakin kuatlah hubungan
keduanya (law of exercise). Di samping itu, mereka berpendapat juga
bahwa kuat tidaknya hubungan ditentukan oleh kepuasan maupun ketidakpuasan yang
menyertainya (law of effect). Itulah sebabnya, ganjaran ataupun
penguatan merupakan kata kunci dalam proses pembelajaran.
B. Fakta, Konsep, Prinsip, dan Keterampilan Matematika
Ahli belajar (learning theorist)
Gagne telah membagi objek-objek matematika menjadi objek langsung dan
objek-objek tak langsung. Objek langsungnya adalah fakta, konsep, prinsip, dan
keterampilan (FKPK). Sedangkan objek tak langsungnya adalah berpikir logis,
kemampuan memecahkan masalah, sikap positif terhadap matematika, ketekunan,
ketelitian, dan lain-lain. Jadi, objek tak langsung adalah kemampuan yang
secara tak langsung akan dipelajari siswa ketika mereka mempelajari objek
langsung matematika. Berkait dengan pembagian ini, kemungkinan besar akan
muncul dua pertanyaan penting pada diri pembaca, yaitu: Apa itu fakta, konsep,
prinsip, ataupun keterampilan? Apa pentingnya pembagian itu pada pembelajaran
matematika?
Pertanyaan awal yang
dapat diajukan sebagaimana disarankan Gagne tadi adalah: Pengetahuan apa yang
lebih dahulu harus dikuasai siswa agar ia berhasil memfaktorkan? Alternatif
hirarki belajar tentang memfaktorkan bentuk aljabar adalah seperti ditunjukkan
pada gambar di bawah ini. Bapak dan Ibu Guru Matematika dapat saja menyempurnakan hirarki belajar
ini berdasarkan pengalaman di lapangan. Dari gambar di bawah akan terlihat
jelas bahwa pengetahuan atau ketrampilan memfaktorkan yang telah ditetapkan
menjadi salah satu tujuan pembelajaran khusus harus diletakkan di puncak dari
hirarki belajar tersebut, diikuti di bawahnya, ketrampilanm atau pengetahuan
prasyarat (prerequisite) yang harus dikuasai lebih dahulu agar para
siswa berhasil mempelajari ketrampilan atau pengetahuan di atasnya itu. Begitu
seterusnya sehingga didapatkan hirarki belajar tersebut.
A. Teori Psikologi Tingkah Laku
Pernahkan Bapak dan Ibu menyaksikan sirkus
di televisi? Bagaimana menurut Bapak dan Ibu cara mengajari binatang-binatang yang
ada sehingga mereka dapat melakukan tugasnya dengan baik? Beberapa pertanyaan yang lebih spesifik yang dapat diajukan adalah:
1.
Mengapa
para pelatih binatang tersebut ada yang membawa cemeti?
2.
Mengapa
para pelatih binatang tersebut selalu diberi sesuatu jika ia dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik?
3.
Dapatkah
keterampilan yang sudah dikuasai binatang tersebut dikembangkan binatang
tersebut untuk kegiatan lainnya?
Teori belajar yang dikemukakan penganut psikologi tingkah laku ini
cocok digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa yang berhubungan dengan
pencapaian hasil belajar (pengetahuan) matematika seperti fakta, konsep,
prinsip, dan skill atau keterampilan yang telah dinyatakan Robert M. Gagne
sebagai objek-objek langsung matematika. Gagne sendiri dinyatakan oleh Orton (1987:38)
sebagai neobehaviourist.
B. Fakta, Konsep, Prinsip, dan Keterampilan Matematika
Jika Anda diminta menentukan hasil dari 5 + 2 ´ 10;
berapa hasilnya menurut Anda? Fakta
adalah konvensi (kesepakatan) dalam matematika seperti lambang, notasi, ataupun
aturan seperti 5 + 2 ´ 10 = 5 + 20, di mana operasi perkalian didahulukan dari operasi
penjumlahan. Lambang “1” untuk menyatakan banyaknya sesuatu yang tunggal
merupakan contoh dari fakta. Begitu juga lambang “+”, “–“, ataupun ”^” untuk
menyatakan penjumlahan, pengurangan, ataupun tegak lurus. Seorang siswa
dinyatakan telah menguasai fakta jika ia dapat menuliskan fakta tersebut dan
menggunakannya dengan benar. Karenanya, cara mengajarkan fakta adalah dengan
menghafal, drill, ataupun peragaan yang berulang-ulang.
Jika fakta merupakan kesepakatan,
maka konsep adalah suatu ide abstrak
yang memungkinkan seseorang untuk mengklasifikasi suatu objek dan menerangkan
apakah objek tersebut merupakan contoh atau bukan contoh dari ide abstrak
tersebut. Seorang siswa disebut telah mempelajari konsep segitiga jika ia telah
dapat membedakan yang termasuk segitiga dari yang bukan segitiga. Untuk sampai
ke tingkat tersebut, siswa harus dapat mengenali atribut atau sifat-sifat
khusus dari segitiga.
Ketika mempelajari matematika, terdapat beberapa istilah seperti bilangan,
persegi-panjang, bola, segitiga, sudut siku-siku, integral, ataupun dilatasi.
Ketika Bapak atau Ibu Guru menyatakan persegi, seorang siswa harus dapat
memahami konsep tersebut, sehingga yang dibayangkan siswanya harus sama dengan
yang diharapkan gurunya dan harus sama dengan yang ditetapkan matematikawan.
Ada empat cara mengajarkan konsep, yaitu:
- Dengan cara membandingkan obyek matematika yang termasuk konsep dan yang tidak termasuk konsep.
- Pendekatan deduktif, dimana proses pembelajarannya dimulai dari definisi dan diikuti dengan contoh-contoh dan yang bukan contohnya
- Pendekatan induktif, dimulai dari contoh lalu membahas definisinya.
- Kombinasi deduktif dan induktif, dimulai dari contoh lalu membahas definisinya dan kembali ke contoh, atau dimulai dari definisi lalu membahas contohnya lalu kembali membahas definisinya.
Pada intinya, ketika seorang guru atau orang lain menyatakan bilangan genap
ataupun persegi-panjang, maka harus ada bayangan tentang objek yang dimaksudkan
beserta atribut khususnya sehingga ia dapat membedakan yang masuk konsep tersebut dan yang tidak
termasuk konsep tersebut.
Prinsip adalah suatu pernyataan yang memuat hubungan antara dua konsep atau lebih.
Contohnya, rumus luas lingkaran berikut: L = p´r´r. Pada
rumus tadi, terdapat beberapa konsep yang digunakan, yaitu konsep luas (L),
konsep p beserta nilai pendekatannya, dan dan konsep jari-jari (r). Seorang siswa
dinyatakan telah memahami prinsip luas segitiga jika ia: Ingat rumus atau
prinsip yang bersesuaian; memahami beberapa konsep yang digunakan serta lambang
atau notasinya; dan dapat menggunakan rumus atau prinsip yang bersesuaian pada
situasi yang tepat.
Keterampilan (skill) adalah suatu prosedur atau
aturan untuk mendapatkan atau memperoleh suatu hasil tertentu. Contohnya menjabarkan bentuk (x – 3)(x + 7); memfaktorkan x2
– 9x; x2 – 9; x2 – 2x –3; dan 2x2 – 9x + 4; serta
langkah-langkah merasionalkan bentuk akar. Misalkan saja anda diminta untuk
merasionalkan bentuk akar. Apa yang harus Anda lakukan? Prosedur atau aturan
untuk mendapatkan atau memperoleh hasilnya? Seorang siswa dinyatakan belum
menguasai suatu keterampilan jika ia tidak menghasilkan suatu penyelesaian yang
benar atau tidak dapat menggunakan dengan tepat suatu prosedur atau aturan yang
ada.
C. Hirarki Belajar
C. Hirarki Belajar
Mengapa suatu topik harus
diajarkan mendahului topik lainnya? Atas dasar apa penentuan itu?
Apakah hanya didasarkan pada kata hati para guru dan pakar saja? Gagne
memberikan alasan pemecahan dan pengurutan materi pembelajaran dengan selalu
menanyakan pertanyaan ini: “Pengetahuan apa yang lebih dahulu harus dikuasai
siswa agar ia berhasil mempelajari suatu pengetahuan tertentu?” Setelah
mendapat jawabannya, ia harus bertanya lagi seperti pertanyaan di atas tadi
untuk mendapatkan pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai dan dipelajari
siswa sebelum ia mempelajari pengetahuan tersebut. Begitu seterusnya sampai
didapat urut-urutan pengetahuan dari yang paling sederhana sampai yang paling
kompleks.
Karena itu, hirarki
belajar harus disusun dari atas ke bawah. Dimulai dengan menempatkan kemampuan,
pengetahuan, ataupun ketrampilan yang menjadi salah satu tujuan dalam proses
pembelajaran di puncak dari hirarki belajar tersebut, diikuti kemampuan,
ketrampilan, atau pengetahuan prasyarat (prerequisite) yang harus mereka
kuasai lebih dahulu agar mereka berhasil mempelajari ketrampilan atau
pengetahuan di atasnya itu. Pada suatu hari, seorang teman guru matematika yang
sudah mengajar beberapa tahun di SMA jurusan IPS mengeluh tentang sebagian
besar siswanya yang tetap tidak bisa atau belum mampu untuk memfaktorkan. Apa
yang dapat Anda sarankan untuk memecahkan masalah di atas? Penyelesaian masalah
di atas tadi dapat didekati dengan mengguinakan teori hirarki belajar yang
telah digagas Gagne.
Hal paling penting yang
perlu mendapat perhatian serius dari para guru matematika adalah bersifat
hirarkisnya mata pelajaran matematika ini. Tidaklah mungkin seorang siswa
mempelajari suatu materi tertentu jika mereka tidak memiliki pengetahuan
prasyarat yang cukup. Hal tersebut berlaku dari tingkat sekolah dasar sampai
dengan tingkat perguruan tinggi. Seorang siswa SMA sekalipun akan mengalami
kesulitan melakukan operasi pembagian jika ia tidak menguasai dengan baik
operasi perkalian. Seorang siswa SMA atau mahasiswa tidak akan mungkin
mempelajari integral dengan baik jika ia tidak memiliki bekal yang cukup
tentang turunan atau diferensial.
Perlu rasanya untuk mengingatkan para guru matematika, bahwa jika menemui
siswa yang mengalami kesulitan atau melakukan kesalahan, cobalah untuk berpikir
jernih dalam menentukan penyebabnya, yaitu dengan menggunakan teori tentang
hirarki belajar ini sebagai salah satu alat pentingnya. Sekali lagi seorang
siswa tidak akan dapat mempelajari atau menyelesaikan tugas tertentu jika mereka
tidak memiliki pengetahuan prasyaratnya. Karena itu, untuk memudahkan para
siswa selama proses pembelajaran di kelas, proses tersebut harus dimulai dengan
memberi kemudahan bagi para siswa dengan mengecek, mengingatkan kembali, dan
memperbaiki pengetahuan-pengetahuan prasyaratnya. Sebagai penutup, penulis
ingin menyatakan bahwa tugas guru matematika memanglah berat, namun sangat
mulia dan akan sangat menentukan kemajuan bangsa ini di masa yang akan datang.
Di atas pundak Bapak dan Ibu gurulah tugas mulia tersebut terletak.
No comments:
Post a Comment