Pembelajaran pada hakekatnya
adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga
terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik (Mulyasa, 2002:100). Dalam
pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan
agar menunjang terjadinya perubahan tingkah laku.
Pembelajaran matematika
menurut Russeffendi (1993:109) adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang
sengaja dilakukan untuk memperoleh pengetahuan dengan memanipulasi
simbol-simbol dalam matematika sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku.
Dalam kurikulum 2004
disebutkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu pembelajaran yang
bertujuan:
- Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi
- Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba
- Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
- Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan
Menurut Soedjadi (1994:1), meskipun terdapat berbagai
pendapat tentang matematika yang tampak berlainan antara satu sama lain, namun
tetap dapat ditarik ciri-ciri atau karekteristik yang sama, antara lain:
- memiliki objek kajian abstrak,
- bertumpu pada kesepakatan,
- berpola pikir deduktif,
- memiliki symbol yang kosong dari arti,
- memperhatikan semesta pembicaraan,
- konsisten dalam sistemnya.
Matematika sebagai suatu ilmu
memiliki objek dasar yang berupa fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Dari
objek dasar itu berkembang menjadi objek-objek lain, misalnya: pola-pola,
struktur-struktur dalam matematika yang ada dewasa ini. Pola pikir yang
digunakan dalam matematika adalah pola pikir deduktif, bahkan suatu struktur
yang lengkap adalah deduktif aksiomatik.
Matematika sekolah adalah
bagian dari matematika yang dipilih, antara lain dengan pertimbangan atau
berorientasi pada kependidikan. Dengan demikian, pembelajaran matematika perlu
diusahakan sesuai dengan kemampuan kognitif siswa, mengkongkritkan objek
matematika yang abstrak sehingga mudah difahami siswa. Selain itu sajian
matematika sekolah tidak harus menggunakan pola pikir deduktif semata, tetapi
dapat juga digunakan pola pikir induktif, artinya pembelajarannya dapat
menggunakan pendekatan induktif. Ini tidak berarti bahwa kemampuan berfikir
deduktif dan memahami objek abstrak boleh ditiadakan begitu saja.
keren Pak Hardika Blognya... sangat membantu. thanks.
ReplyDeletesemoga semakin sukses.