Ruggiero (dalam Risnanosanti, 2010: 28) mengartikan berpikir sebagai
suatu aktivitas mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu
masalah, membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan (fulfill a desire to understand). Pendapat
ini menunjukkan bahwa ketika seseorang merumuskan suatu masalah, memecahkan masalah,
ataupun ingin memahami sesuatu, maka seseorang tersebut melakukan aktivitas
berpikir. Jenis-jenis berpikir sebagai suatu kemampuan mental seseorang dalam
melakukan aktivitas berpikir salah satunya adalah berpikir kreatif.
Siswono (2004: 78) mengatakan bahwa berpikir kreatif merupakan
suatu proses yang digunakan untuk mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru.
Berpikir kreatif yang dikaitkan dengan
berpikir kritis merupakan perwujudan dari
tingkat berpikir tinggi (higher
order thinking). Evans
(Risnanosanti 2010: 29)
menjelaskan bahwa berpikir
kreatif adalah suatu aktivitas
mental untuk membuat
hubungan-hubungan (conections)
yang terus menerus
(kontinu), sehingga ditemukan
kombinasi yang “benar” atau
sampai seseorang itu
menyerah. Menurut McGregor (dalam Mahmudi, 2010: 2) berpikir kreatif
adalah berpikir yang mengarah pada pemerolehan wawasan baru, pendekatan
baru, perspektif baru, atau cara baru dalam memahami sesuatu. Berpikir kreatif
merupakan suatu aktifitas mental yang memperhatikan keaslian dan wawasan (ide).
Berpikir kreatif memungkinkan siswa mempelajari masalah secara sistematik,
mempertemukan banyak sekali tantangan dalam suatu cara yang terorganisasi,
merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang inovatif dan merancang atau mendesain solusi-solusi
yang asli. Pengertian ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif merupakan kegiatan
mental untuk menemukan suatu kombinasi yang belum dikenal sebelumnya.
Kegiatan mental menuangkan ide atau cara baru untuk menemukan
kombinasi dalam aktivitas sangat memerlukan kemampuan berpikir kreatif. Menurut
Martin (2009)
kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk
menghasilkan ide atau cara baru dalam menghasilkan suatu produk. Pada umumnya, kemampuan
berpikir kreatif dipicu oleh masalah-masalah yang menantang. Kemampuan berpikir
kreatif dapat juga dipandang sebagai suatu proses yang digunakan ketika seorang
individu mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru. Martin (2009) juga mengemukakan
3 (tiga) aspek kemampuan berpikir kreatif yaitu produktivitas, originalitas
atau keaslian, dan fleksibilitas atau keluwesan. Produktivitas berkaitan dengan banyaknya
hasil karya yang dihasilkan.
Originalitas berkaitan dengan suatu hasil karya yang berbeda dengan
hasil karya serupa di sekitarnya. Fleksibilitas merujuk pada kemauan untuk
memodifikasi keyakinan berdasarkan informasi baru. Seseorang yang tidak
berpikir fleksibel tidak mudah mengubah ide atau pandangan mereka meskipun ia
mengetahui terdapat kontradiksi antara ide yang dimiliki dengan ide baru. Menurut
Harris (2000) terdapat 3 (tiga) aspek kemampuan berpikir kreatif, yaitu kesuksesan,
efisiensi, dan koherensi. Kesuksesan berkaitan dengan kesesuaian solusi dengan masalah
yang diselesaikan. Efisiensi berkaitan dengan kepraktisan strategi penyelesaian
masalah. Sedangkan aspek koherensi berkaitan dengan kesatuan atau keutuhan ide
atau solusi. Ide yang koheren adalah ide yang terorganisasi dengan baik, holistis,
sinergis, dan estetis. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka kemampuan
berpikir kreatif dapat diartikan sebagai suatu kegiatan mental yang digunakan
seorang untuk membangun ide atau gagasan yang baru dan belum pernah ada
sebelumnya ataupun yang merupakan gabungan dari pengetahuan sebelumnya yang
belum pernah dimunculkan.
Kemampuan berpikir kreatif dapat ditemukan dalam bidang
matematika. Proses kemampuan berpikir kreatif dalam bidang matematika lebih
tepat di istilahkan sebagai kemampuan berpikir kreatif matematis. Kemampuan
berpikir kreatif matematis merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki
siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Hal ini sejalan dengan Krutetski (dalam
Park 2004) yang mendefinisikan kemampuan berpikir kreatif matematis sebagai
kemampuan menemukan solusi masalah matematika secara mudah dan fleksibel.
Menurut Livne (dalam Mahmudi 2010: 3) kemampuan berpikir kreatif matematis
merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan solusi bervariasi yang bersifat baru
terhadap masalah matematika yang bersifat terbuka.
Aspek-aspek kemampuan berpikir kreatif menurut Holland (dalam Mann
2005: 7) yaitu kelancaran, keluwesan, keaslian, elaborasi, dan sensitivitas.
Sejalan dengan itu aspek
untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif menurut Noer (2011: 3) yakni kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keterperincian (elaboration), kepekaan (sensitivity), keaslian (originality).
Pendapat-pendapat di atas menunjukan bahwa beberapa aspek-aspek
yang dinilai dalam kemampuan berpikir kreatif matematik adalah kelancaran,
keluwesan, keterperincian, kepekaan, keaslian. Kelancaran mengacu pada
banyaknya ide-ide yang dibuat dalam merespon sebuah perintah. Kelancaran berpikir
dimaksudkan dengan keterampilan mencetuskan banyak gagasan, jawaban,
penyelesaian masalah, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai
hal dengan selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. Keluwesan sebagai
keterampilan berpikir yang menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang
bervariasi, dapat melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda, mencari alternatif
dalam pemecahan masalah. Keterperincian adalah mampu untuk menguraikan sesuatu secara terperinci, teliti, tepat
dan tuntas, mampu menarik kesimpulan yang lengkap dan rasional terhadap
kegiatan yang dilakukan, mengembangkan atau memperkaya gagasan jawaban suatu
soal. Kepekaan dalam penyelesaian masalah mengacu pada kemampuan siswa menjawab
masalah dengan beberapa jawaban yang berbeda-beda tetapi bernilai benar atau
satu jawaban yang tidak biasa dilakukan oleh individu (siswa) pada tahap
perkembangan mereka atau tingkat pengetahuannya. Keaslian mengacu pada keunikan
dari respon apapun yang diberikan. Keaslian ditunjukkan oleh sebuah respon yang
tidak biasa, unik, dan jarang terjadi. Berdasarkan teori-teori di atas, maka indikator
kemampuan berpikir kreatif matematis dalam penelitian ini dirumuskan dalam Tabel
2.1.
Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis
Aspek
|
Indikator
|
1.
Kelancaran
2.
Keluwesan
3.
Keterperincian
4.
Kepekaan
5.
Keaslian
|
a.
Menjawab soal lebih dari satu jawaban.
b.
Banyaknya ide-ide yang dibuat dalam merespon
perintah.
a.
Keberagaman (bermacam-macam) jawaban yang
dibuat siswa dengan benar.
b.
Menjawab soal dengan berbagai cara yang
berbeda atau bervariasi.
a.
Mampu untuk
menguraikan sesuatu secara terperinci, teliti, tepat dan tuntas.
b.
Mampu
menarik kesimpulan yang lengkap dan rasional terhadap kegiatan yang
dilakukan.
c.
Mengembangkan
atau memperkaya gagasan jawaban suatu soal.
a.
Mengemukakan alasan kebenaran yang rasional
terhadap jawaban soal yang telah dibuat.
b.
Mampu mengkaji dan menilik kembali suatu
persoalan melalui cara dan perspektif yang berbeda dari yang sudah lazim.
c.
Mampu menguji dan merevisi berkelanjutan.
a.
Mampu melahirkan gagasan-gagasan asli sebagai
hasil pemikiran sendiri
b.
Memberikan jawaban yang lain dari yang sudah
biasa
|
Sumber : Guilford (Herdian, 2010)
Daftar pustaka :
Daftar pustaka :
Risnanosanti. 2010. Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis dan Self Efficacy
terhadap Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas
(SMA) dalam Pembelajaran Inkuiri. Disertasi UPI Bandung: Tidak Dipublikasikan.
Siswono,
Tatag Yuli Eko. 2004. Identifikasi Proses Berpikir Kreatif Siswa
dalam Pengajuan Masalah (Problem Posing) Matematika Berpandu dengan Model Wallas dan Creative Problem Solving (CPS). Buletin Pendidikan Matematika Volume 6 Nomor 2.
Mahmudi, Ali. 2010. Mengukur Kemampuan Berpikir
Kreatif. Yogyakarta: UNY Yogyakarta.
http://staff.uny.ac.id, diakses tanggal 10 Oktober 2013
Martin. 2009. Convergent
and Divergent Thinking. [Online] Tersedia:
http://www.eruptingmind.com/convergent-divergent-creative-thinking/[20 Maret
2009] Johnson, Elaine B. 2007. Contextual
Teaching and Learning. Bandung: MLC
Harris, R. 2000. Criteria
for Evaluating a Creative Solution. [Online]. Tersedia: http://www.virtualsalt.com/creative.htm.
[20 Juni 2008
Park, H. 2004. The Effects
of Divergent Production Activities with Math Inquiry and
Think Aloud of Students With Math Difficulty. Disertasi. [Online]. Tersedia:http://txspace.tamu.edu/bitstream/handle/1969.1/2228/etd-tahu-2004;jsessionid=BE099D4D00F1A51BF2E73CC609?sequence=1.
Mann, E. L. 2005. Mathematical
Creativity and School Mathematics: Indicators
of Mathematical Creativity in Middle School
Students. Disertasi University
of Connecticut. [Online]. Tersedia: http://www.gifted.uconn.edu/Siegle/ Dissertations/Eric%20Mann.pdf.
[15 November 2007]
Noer, Sri Hastuti. 2011. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan
Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Open-Ended. Jurnal pendidikan Matematika Volume 5 Nomor 1, Program Studi
Magister Pendidikan Matematika FKIP UNSRI. Januari 2013.
Herdian. 2010. Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa. [Online]. Tersedia : http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-berfikir-kreatif-siswa/
No comments:
Post a Comment