Susono - IPM Lampung Timur |
"Susono". Negara
maju tentunya tidak terlepas dari dunia pendidikan. Semakin tinggi kualitas
pendidikan suatu negara, maka semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia
yang dapat memajukan dan mengharumkan negaranya. Sebenarnya, tidak ada
perbedaan antara sumber daya manusia antara negara maju dan negara berkembang,
yang berbeda hanyalah cara mendidik sumber daya manusia itu sendiri.
Hal
ini tentunya tidak telepas dari peran seorang guru. Hal yang terpenting namun
sering terlupakan dari seorang guru dalam mendidik siswanya adalah kejujuran.
Bohong adalah bibit korupsi, dan menyontek adalah perilaku korupsi kecil.
Apakah seorang guru yang membiarkan siswanya menyontek telah mendidik siswanya
berperilaku jujur. Lihatlah, banyak siswa yang menyontek demi nilai dan tugas
terpenuhi tanpa mengerti apa yang mereka kerjakan. Tidak sedikit pula para
siswa mengikuti tambahan pada guru mata pelajaran tertentu demi mendapatkan
nilai bagus. Banyak guru yang tidak menerangkan, meremehkan siswanya,
membiarkan siswanya tidak bisa, mengajarkan siswanya bahwa nilai dapat dibeli
dengan uang, dan perilaku yang sering terjadi pada saat siswanya menghadapi UN
yaitu tidak percaya akan kemampuan siswanya.
Nilai
adalah sesuatu yang kita peroleh dari perilaku atau usaha kita. Namun, nilai perilaku
jarang diperhitungkan. Apakah perilaku pada nilai rapor diberikan sebagaimana
mestinya. Rasanya nilai perilaku hanya formalitas terpenuhinya nilai rapor
dengan mencantumkan huruf A, B, atau C. Lain halnya dengan nilai mata
pelajaran. Apakah kita pernah mendengar syarat mendapat beasiswa adalah nilai
kerapihan, kejujuran, kedisiplinan, kerajinan minimal B. Kita lebih sering
mendengar, untuk syarat mendapatkan beasiswa minimal nilai marematika,
akutansi, geografi, fisika atau nilai eksak lainnya rata-rata 75. Dengan giat,
setiap siswa pun akan mengejar angka diatas 75. Bagaimana jika seorang siswa
tersebut dihadapkan dengan guru yang pelit. Siswa tersebut akan berjuang
mendapatkan nilai diatas 75 dengan menghalalkan segala cara. Banyak siswa yang
berpikir, “Belajar sampai malam belum tentu nilainya bagus, kalau open book,
pasti jawabannya bagus dan peluang mendapat nilai bagus pun terbuka lebar.”
Pernahkah kita membayangkan seorang guru memberikan nilai lebih dari nilai KKM
baik untuk siswa yang diremedial ataupun yang tidak? Mungkin semua siswa tidak
akan menghalalkan segala cara. Remedial terus menerus sampai mendapat nilai
sesuai KKM tidak salah, tetapi memberikan 3 poin diatas nilai KKM sebagai nilai
perjuangan remedial, apa salahnya?
Jika
kita membuka kamus bahasa Inggris atau bahasa Indonesia dan mencari arti kata
remedial, remedial berarti perbaikan. Mari kita artikan sendiri apa yang
dimaksud dengan perbaikan. Banyak siswa yang dipusingkan dengan pengertian
remedial yang sebenarnya, dan tidak sedikit pula para guru yang salah
mengartikan arti remedial yang sebenarnya. Misalnya, kita remedial mata
pelajaran A. Guru mata pelajaran A menyuruh siswa yang mengikuti remedial
membeli barang. Apakah barang tersebut ada kaitannya dengan mata pelajaran A.
Walaupun ada, akan lebih baik apabila remedial tersebut berbentuk soal.
Bukannya pemerintah menyediakan anggaran untuk penunjang pembelajaran. Uang
bisa dicari, barang bisa dibeli, tapi ilmu tidak bisa dibeli. Ilmu mudah
didapat tapi sulit dimengerti. Apakah nilai yang kita inginkan dapat dibeli
dengan uang. Tak heran jika sekarang banyak para pejabat yang korupsi dan
melakukan money politic demi mendapatkan jabatan karena dari dulu mereka
diajarkan bahwa semuanya dapat dibeli dengan uang.
Seorang
guru berhak memberikan nilai pada siswanya dan memberi tahu kriteria
penilaiannya. Tapi apakah seoarang guru pernah mengajarkan bagaimana seorang
siswa harus berjuang demi mendapat nilai darinya. Mungkin ada sebagian guru
yang mengajarkan itu semua, tapi seorang siswa juga memperhitungkan kebiasaan
guru tersebut. Jika guru itu malas membaca tugas para siswa dan hanya
membubuhkan tanda tangan sebagai pengahargaan bagi usaha siswa mengerjakan
tugas, para siswa juga cenderung mengerjakan tugas dengan asal-asalan dan menyalinnya
dari internet atau temannya tanpa mereka mengerti apa yang mereka salin.
Sebenarnya apa tujuan guru memberi tugas tersebut. Untuk nilai atau agar
siswanya mengerti materi yang ditugaskan. Kebanyakan para siswa akan memilih
pekerjaan instan, yaitu menyalin. Apa bedanya tanda tangan yang diberikan guru
untuk tugas seorang siswa yang menyalin tugasnya dari teman dengan hasilnya
sendiri. Apa istimewanya tanda tangan yang diberikan guru untuk tugas yang
dikerjakan asal-asalan dengan tugas yang dikerjakan sungguh-sungguh hingga
mereka mengerti.
Begitu
sulit nilai yang harus kita kejar, begitu sulit nilai yang guru berikan pada
kita, dan betapa sering kita kecewa akan nilai yang kita peroleh. Tidak jarang
orang tua yang rela mengeluarkan uang agar anaknya mendapat nilai yang bagus
dengan mengikuti tambahan. Dan tidak heran pula apabila guru mengadakan
tambahan bagi siswanya. Tidak ada yang salah dengan guru yang memberikan
tambahan pada siswanya, yang salah adalah seorang guru yang memberikan nilai
lebih dan membocorkan soal dan jawaban ulangan pada siswa yang mengikuti
tambahan dengannya. Sebenarnya tujuan guru memberikan tambahan untuk apa. Untuk
mendapatkan uang atau membantu siswanya untuk lebih mengerti pelajaran. Tujuan
siswa mengikuti tambahan itu untuk apa. Untuk mendapat nilai bagus atau lebih
mengerti pelajaran. Kita didik dengan cara yang salah, dan dengan cara yang
salah pula kita akan membangun masa depan yang baik untuk diri kita sendiri
tanpa mementingkan orang lain.
Setiap
manusia terlahir dengan potensi masing-masing. Tanpa digali dan dikembangakan
potensi tersebut tidak ada apa-apanya. Menuntun manusia agar potensinnya dapat
menjadi sesuatu yang berharga adalah tugas seorang guru. Walaupun ini adalah
zaman KTSP, dimana seorang siswa harus lebih aktif dibandingkan gurunya, tapi
tetap saja tugas seorang guru adalah menerangkan dan memberi nilai. Betapa
bangganya seorang guru yang menerangkan suatu materi pada siswanya, dan suatu
hari nanti beliau dapat melihat siswanya sukses karena materi yang beliau
ajarkan. Dialah guru yang sukses, guru yang mengemban tugas negara dengan baik.
Lain halnya denga guru yang terus menerus menyuruh siswanya belajar sendiri
dengan membaca buku. Berarti apabila siswa tersebut sukses, pengarang bukulah
yang sukses karena berkat dia, siswa tersebut dapat sukses.
Tidak
sedikit guru yang salah mengartikan apa itu KTSP. Apakah dalam KTSP seorang
guru hanya memberi tugas dan nilai saja? Ataukah dalam KTSP, seorang siswa
dituntut untuk bertanya apa yang tidak dimengerti dan guru tersebut akan
menjelaskannya untuk siswa yang bertanya saja. Banyak siswa yang dibiarkan
tidak bisa karena ia malu bertanya pada gurunya. Banyak guru yang menganggap
siswa yang tidak bertanya sudah bisa. Tak sedikit pula guru yang membiarkan
siswanya berperilaku seenaknya saat guru berada di kelas. Jangan salahkan siswa
sepenuhnya apabila saat ulangan terjadi kecurangan karena siswa tak tahu apa
yang harus mereka isi saat lembaran soal dibagikan. Bukankah guru itu sendiri
yang membiarkan siswa tersebut tidak bisa dan para siswa menganggap guru itu
selalu perhatian pada penanya dan menerangkan untuk penanya? Tak heran apabila
banyak anggota DPR yang tertidur saat pemimpinnya sedang berbicara karena dari
dulu mereka diajarkan bahwa orang yang berbicara itu bukan untuk dirinya,
tetapi untuk orang yang mengajukan pertanyaan pada pemimpin tersebut.
Manusia
terlahir dengan potensinya masing-masing, setiap manusia juga terlahir dengan
kekurangannya masing-masing. Tidak ada yang salah dengan kekurangan yang dimiliki
orang lain, yang salah adalah saat kita tak pernah berusaha melengkapi
kekurangan orang lain tersebut. Kekurangan ada bukan untuk kita remehkan,
tetapi kekurangan ada untuk kita lengkapi. Bisa saja seorang siswa kurang dalam
pelajaran bahasa Inggris, tapi apakah sudah dapat dipastikan bahwa siswa
tersebut juga kurang dalam pelajaran bahasa Indonesia? Salah besar jika seorang
guru menganggap anak didiknya bodoh hingga beliau melontarkan pertanyaan,
“Selama SD, SMP, kalian ini belajar apa saja? Masa menghadapi soal begini saja
tidak bisa?” Harusnya beliau bertanya pada dirinya sendiri, “Sudah berapa lama
saya menjadi guru, dan sudah berapa kali saya menghadapi murid seperti ini?”
Guru yang baik akan menghargai kekurangan dan kelebihan siswanya. Dan guru yang
mendukung siswanya adalah guru yang percaya akan kemampuan siswanya. Guru yang
membocorkan soal ulangan atau mengerjakan soal UN lalu menyebarluaskan kunci
jawabannya kepada siswanya, berarti guru tersebut tidak percaya dengan
kemampuan siswanya dan kemampuan dirinya dalam mengajar. Seharusnya guru
percaya pada siswanya bahwa mereka bisa dan pasti bisa. Dengan membocorkan
kunci jawaban atau membocorkan soal, sama saja dengan membuat para siswa
berpikir betapa sulitnya soal UN hingga para guru turun tangan dan para guru
mengajarkan siswanya untuk tidak jujur.
Memang
dibalik kesulitan itu pasti akan ada kemudahan. Tapi mendapatkan kunci jawaban
bukanlah kemudahan yang dimaksud. Itu semua mengajarkan kita untuk berbuat
tidak jujur dan tidak percaya dengan kemampuan kita sendiri dan menyia-nyiakan
alat indra yang Tuhan kasih kepada kita. Kejujuran memang pahit, tapi akan
indah di akhir. Kejujuran memang datang dari diri sendiri dan untuk diri
sendiri pula, tapi tidak ada salahnya mencontohkan kejujuran untuk orang lain
dan mendidiknya untuk berperilaku jujur. Betapa indahnya negara ini berkembang
dengan kejujuran. Tidak ada korupsi dan semboyan “Bhineka Tunggal Ika” dapat
berarti sesuai dengan arti yang sebenarnya. Tidak ada yang salah dengan kondisi
bangsa ini karena semenjak bersekolah kita mencontohkan perilaku yang tidak
jujur dan dididik untuk tidak jujur.
Lihatlah,
ilmu yang kita cari tidak bisa mencerdaskan kehidupan bangsa ini. Uang yang
kita pakai untuk memperoleh nilai ini tidak dapat mengantarkan bangsa ini
menjadi bangsa yang maju. Dan nilai yang kita peroleh tak pernah bisa menggeser
negara maju nomor 1 di dunia, tetapi nilai yang kita peroleh telah mengantarkan
bangsa ini menjadi negara korupsi peringkat ke 4 di dunia. Walaupun kejujuran
tak pernah bisa menggeser negera maju nomor 1 di dunia dan mengantarkan negara
ini menjadi negara maju, tetapi setidaknya kejujuran dapat membuat bangsa ini
menjadi bangsa yang makmur dan sejahtera.
Ipmawan Susono
Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah
No comments:
Post a Comment