اُطْلُبُوا العِلْمَ مِنَ المَهْدِ إِلى اللَّحْدِ
"Tuntutlah ilmu dari kamu lahir sampai ke liang lahat"
Walau dalam ilmu takhrijul hadits, penggalan kata di atas tidaklah termasuk dalam kategori hadits, tapi kata-kata ini mungkin yang pantas menjadi kata yang penuh hikmah dalam hal semangat menuntut ilmu.
Dimana posisi kita saat ini ? Kategori anak-anak 5-7 tahun, remaja 7-17 tahun, dewasa 17-60 tahun, dan tua 60+. Ini merupakan hitung-hitungan kasar dalam sudut padang penulis.
Berapapun usia kita sekarang, dalam hal menuntut ilmu tentunya tidak ada kata berhenti jika kita memaknai mutiara hikmah yang penulis sampaikan di atas. Tidak ada kata mapan untuk ukuran sebuah ilmu. Karena ilmu setiap detiknya selalu berkembang mengikuti arus perkembangan zaman.
Usia muda, usia dimana pertumbuhan sedang menemui puncaknya dalam hal emosi, karakter dan lainya. Menjadikan usia muda adalah masa krusian pembentukan diri. Jika usia muda terbuang begitu saja, menggunakan waktu mudanya kepada hal-hal yang tidak bermanfaat, maka bukan hal yang tidak mungkin akan berpengaruh besar di usia tua berupa penyesalan.
Anti kemapanan merupakan dua kata yang memiliki makna luar biasa besar. Kata "anti" menurut kbbi adalah bentuk perlawanan, menentang dan memusuhi, sedangkan kemapanan merupakan kata yang bermakna kepuasan diri. Dan jika di gabungkan kata ini menjadikan sebuah arti menolak sebuah kepuasan diri.
Anti kemapanan merupakan hal yang sangat penting ketika kita tarik kata itu dalam civitas akademik ataupun dunia pendidikan. Berpuas diri merupakan cikal bakal keruntuhan suatu lembaga pendidikan. Ketika kita menarik jauh ke dalam sejarah peradaban Islam bahwa Dinasti Abasiyah runtuh atas kejayaannya disebabkan oleh kepuasan diri orang-orang di dalamnya, sehingga mudah sekali di hancurkan oleh tentara mongol yang sudah lama mempelajari stategi dan tidak berpuas diri. Ini adalah bukti nyata bawa berpuas diri merupakan cikal bakal hancurnya sebuah kerajaan, lembaga, mauoun perusahaan.
Oleh karenanya, Anti kemapanan harus dimiliki siapapun ketika ingin mengembangkan suatu lembaga pendidikan, dari para stakeholder, karyawan dan seluruh jajaran kepengurusan dalam lembaga tersebut. Jika anti kemapanan tidak dimiliki atau mudah untuk berpuas diri, maka proses perkembangan mutu akan terhambat bahkan berhenti dan berujung kepada kehancuran.
"Ayo terus belajar, jangan cepat berpuas diri apa yang sudah di dapat. Jabatan yang di dapat jangan menjadikan diri lupa bahwa terus belajar adalah hal utama untuk selalu memantaskan diri akan tanggung jawab"
__
Metro 25 Okt 2017
"Tuntutlah ilmu dari kamu lahir sampai ke liang lahat"
Walau dalam ilmu takhrijul hadits, penggalan kata di atas tidaklah termasuk dalam kategori hadits, tapi kata-kata ini mungkin yang pantas menjadi kata yang penuh hikmah dalam hal semangat menuntut ilmu.
Dimana posisi kita saat ini ? Kategori anak-anak 5-7 tahun, remaja 7-17 tahun, dewasa 17-60 tahun, dan tua 60+. Ini merupakan hitung-hitungan kasar dalam sudut padang penulis.
Berapapun usia kita sekarang, dalam hal menuntut ilmu tentunya tidak ada kata berhenti jika kita memaknai mutiara hikmah yang penulis sampaikan di atas. Tidak ada kata mapan untuk ukuran sebuah ilmu. Karena ilmu setiap detiknya selalu berkembang mengikuti arus perkembangan zaman.
Usia muda, usia dimana pertumbuhan sedang menemui puncaknya dalam hal emosi, karakter dan lainya. Menjadikan usia muda adalah masa krusian pembentukan diri. Jika usia muda terbuang begitu saja, menggunakan waktu mudanya kepada hal-hal yang tidak bermanfaat, maka bukan hal yang tidak mungkin akan berpengaruh besar di usia tua berupa penyesalan.
Anti kemapanan merupakan dua kata yang memiliki makna luar biasa besar. Kata "anti" menurut kbbi adalah bentuk perlawanan, menentang dan memusuhi, sedangkan kemapanan merupakan kata yang bermakna kepuasan diri. Dan jika di gabungkan kata ini menjadikan sebuah arti menolak sebuah kepuasan diri.
Anti kemapanan merupakan hal yang sangat penting ketika kita tarik kata itu dalam civitas akademik ataupun dunia pendidikan. Berpuas diri merupakan cikal bakal keruntuhan suatu lembaga pendidikan. Ketika kita menarik jauh ke dalam sejarah peradaban Islam bahwa Dinasti Abasiyah runtuh atas kejayaannya disebabkan oleh kepuasan diri orang-orang di dalamnya, sehingga mudah sekali di hancurkan oleh tentara mongol yang sudah lama mempelajari stategi dan tidak berpuas diri. Ini adalah bukti nyata bawa berpuas diri merupakan cikal bakal hancurnya sebuah kerajaan, lembaga, mauoun perusahaan.
Oleh karenanya, Anti kemapanan harus dimiliki siapapun ketika ingin mengembangkan suatu lembaga pendidikan, dari para stakeholder, karyawan dan seluruh jajaran kepengurusan dalam lembaga tersebut. Jika anti kemapanan tidak dimiliki atau mudah untuk berpuas diri, maka proses perkembangan mutu akan terhambat bahkan berhenti dan berujung kepada kehancuran.
"Ayo terus belajar, jangan cepat berpuas diri apa yang sudah di dapat. Jabatan yang di dapat jangan menjadikan diri lupa bahwa terus belajar adalah hal utama untuk selalu memantaskan diri akan tanggung jawab"
__
Metro 25 Okt 2017
No comments:
Post a Comment